Thursday 28 February 2013

REVITALISASI PENGGILINGAN PADI



REVITALISASI TEKNOLOGI PENGGILINGAN PADI
 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN
Oleh : Julkhaidar Romadhon*)

A. Pendahuluan
Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras, tergolong cukup tinggi sampai saat ini. Beras masih dijadikan primadona makanan pokok rakyat dibandingkan jagung, sagu dan umbi-umbian. Secara nasional, jumlah konsumsi setiap orangnya mencapai 139 kilogram setiap tahunnya. Dengan demikian, untuk mencukupi kebutuhan beras tingkat nasional, dengan asumsi penduduk lebih kurang 240 juta jiwa dibutuhkan setidaknya 33 juta ton per tahun (BPS, 2010).
Guna memenuhi pasokan beras, pemerintah harus meningkatkan produksi padi dan gabah nasional. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya memfokuskan diri pada produksi panen saja tetapi juga dituntut untuk mengatur soal kegiatan maupun kualitas formula penggilingan padi (PP) yang beredar di masyarakat. Penggilingan padi merupakan kunci utama untuk peningkatan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kebijakan yang menyeluruh seputar panen dan pasca panen agar produktivitas perberasan nasional terus meningkat.

B. Arti dan Peranan Teknologi Penggilingan Padi dalam Sistem Perberasan di Indonesia
            Teknologi merupakan sumber daya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira-Said, et, al.,2001). Teknologi terdiri dari empat komponen sebagai berikut :
1)      Technoware, yang merupakan bagian dari fasilitas fisik seperti mesin serta peralatan yang dapat meningkatkan kekuatan manusia serta mengontrol jalannya
2)      Humanware, yang merupakan bagian dari kemampuan manusia itu sendiri, misalnya keterampilan, keahlian dan kreativitas yang memperlihatkan nilai yang sesungguhnya dari sumber daya manusia yang tersedia.
3)      Infoware, fakta dan informasi yang tercatat, seperti desain, spesifikasi dan cetak biru yang memungkinkan cepat dipelajari serta berbagai informasi, misalnya database.
4)      Orgaware, metode, jaringan kerja sama (networking), serta berbagai praktik yang berfungsi untuk mengkoordinasikan kegiatan untuk mencapai hal yang diinginkan.

Menurut Pattiwiri (2010), Penggilingan padi yang mempunyai teknologi modern menerapkan beberapa rangkaian mesin menjadi satu. Rangkaian mesin tersebut memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda. Rangkaian mesin minimal yang harus ada dalam penggilingan padi adalah berupa;
a)            Precleaner yaitu mesin pembersihan awal untuk membuang kotoran-kotoran dan benda asing dari gabah sehingga beras hasil penggilingan nantinya akan terbebas dari benda asing.
b)            Husker yaitu mesin pemecah atau pengupas kulit yang bertujuan melepaskan kulit gabah dengan kerusakan yang sekecil mungkin pada butiran beras.
c)            Aspirator, yaitu mesin untuk memisahkan sekam yang bertujuan memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh yang belum terkelupas selama proses pemecahan kulit.
d)           Separator, yaitu mesin untuk memisahkan gabah dan beras pecah kulit agar tidak tercampur.
e)            Polisher, yaitu mesin penyosoh yang bertujuan untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras agar penampakannya lebih mengkilap.
f)             Grader, yaitu mesin untuk memisahkan beras berdasarkan ukuran agar dihasilkan beras menurut selera yang diinginkan.

C. Permasalahan Teknologi Penggilingan Padi di Tanah Air
Menurut data BPS (2002), Jumlah penggilingan padi di Indonesia sebanyak 108.512 unit dan diperkirakan paling tidak sebanyak 65 % penggilingan padi di Indonesia adalah penggilingan padi kecil  (PPK) dan rice milling unit (RMU) yang masih menggunakan sistim kerja one pass.
Konfigurasi mesin yang terdiri dari husker dan polisher ini akan menghasilkan rendemen yang kecil dan mutu beras yang jelek. Hal ini dikarenakan prinsip kerja dari mesin tersebut yang sederhana yaitu gabah langsung masuk ke husker kemudian jadi beras lalu langsung disosoh dengan polisher. Gabah yang masuk ke husker atau mesin pemecah kulit ini tidak seluruhnya jadi beras pecah kulit sehingga hasil akhir pada polisher beras masih banyak tercampur dengan gabah. Selain itu juga, mesin yang hanya memiliki satu polisher akan membuat beras banyak yang menjadi patah akibat gesekan yang terlalu keras dibandingkan dengan mesin yang memiliki dua atau tiga polisher. Kalau sudah begitu jelas akan berakibat ke hasil akhir berupa rendemen giling yang berkurang.  
Hasil Penelitian Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian tahun 2003 menunjukan, bahwa rendemen penggilingan padi yang telah dicapai sebagai berikut : Penggilingan Padi Kecil (PPK) memiliki rendemen rata-rata 55,7 % dengan kualitas beras kepala 74,25% dan beras patah 14,99%. Penggilingan Padi Menengah (PPM) memiliki rendemen rata-rata 59,69% dengan kualitas beras kepala 75,73% dan beras patah sebesar 12,52%. Penggilingan Padi Besar (PPB) memiliki rendemen rata-rata 61,48% dengan kualitas beras kepala 82,45% dan beras patah sebesar 11,97%.
Dampak yang disebabkan karena banyaknya penggilingan padi kecil dan mobile secara nasional menurut data perpadi setiap tahunnya beras yang terhilang atau terbuang akibat tercampur sekam saat proses penggilingan padi mencapai sekitar 3 persen dari 58 juta ton beras yaitu 1,2 juta ton beras dimungkinkan lenyap selama proses penggilingan dan berkumpul dalam bentuk sekam yang setara dengan nilai beras Rp 6 triliun per tahun (Kompas, 2001).
D. Revitalisasi Teknologi Penggilingan Padi
Menurut Gaybita (2009), Penggilingan padi merupakan kunci dalam penentu mutu beras yang beredar di pasar. Untuk bersaing di pasaran mutu beras diharapkan         memenuhi persyaratan yang sesuai dengan kebutuhan pasar, baik pasar lokal maupun internasional. Untuk itu, perbaikan mutu ditingkat penggilingan padi harus menjadi fokus dalam perbaikan mutu beras.  
Perbaikan mutu beras ditingkat penggilingan padi dapat dilakukan melalui “program revitalisasi penggilingan padi” yang antara lain dapat dilakukan adalah :
1)      Inovasi Teknologi Penggilingan Padi
Inovasi dalam penggilingan padi harus difokuskan kepada penggilingan padi kecil. Inovasi dapat dilakukan dengan perbaikan konfigurasi mesin yaitu menata kembali mesin-mesin yang telah ada sehingga kinerjanya optimal atau melalui penambahan jenis mesin tertentu yang tidak mahal. 
Penggilingan padi kecil (PPK) dapat dilakukan penambahan jenis mesin  separator (pemisah gabah dan beras pecah kulit) dan satu buah polisher (mesin penyosoh). Dengan demikian gabah dan beras pecah kulit akan dipisahkan oleh separator, yang masih dalam bentuk gabah akan kembali masuk ke dalam husker sedangkan beras pecah kulit akan diteruskan ke polisher satu dan polisher dua untuk menjadi beras bermutu tinggi.
Penambahan mesin ini dapat dilakukan pemerintah melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dengan syarat mereka harus mendapatkan bimbingan teknis mengenai operasional dan perawatannya, pengetahuan manajemen usaha, serta pendampingan dan penguatan kelembagaan usaha dalam bentuk pemberian bantuan keuangan untuk operasional alat mesin penggilingan padi.
2)      Perbaikan proses kerja
Jikalau inovasi teknologi penggilingan padi dapat dilakukan maka solusi yang lain adalah dengan cara melakukan perbaikan proses kerja. Perbaikan proses kerja dapat dilakukan dengan cara penggilingan padi kecil hanya menghasilkan beras pecah kulit yang selanjutnya diolah di penggilingan padi besar menjadi beras giling. Dengan adanya pembagian kerja ini, kehilangan susut yang lebih besar serta beras banyak  yang patah akan terhindarkan.
3)      Penambahan Mesin Pendukung
Tambahan mesin pendukung selain mesin utama sangat membantu dalam peningkatan kuantitas dan kualitas beras. Mesin pendukung disini dapat berupa dryer yaitu mesin untuk mengeringkan gabah. Dengan dryer maka petani tidak lagi terkendala oleh cuaca walaupun di musim hujan. Dryer juga dapat mengeringkan gabah dengan sempurna. Gabah yang kering merata akan mempermudahkan dalam proses penggilingan selanjutnya untuk menghasilkan mutu beras yang baik.
4)      Perbaikan cara pandang dan manajemen
Cara pandang pengusaha penggilingan padi tentang kualitas beras yang dihasilkan beras harus diubah. Cara pandang sederhana yang mengatakan kalau sudah untung mau ngapain lagi harus dikikis habis, karena mereka tidak akan termotivasi untuk menghasilkan beras dengan mutu yang lebih tinggi. Selain cara pandang tersebut,  masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah manajemen yang konvensional. Manajemen yang konvensional disini dapat berupa pembukuan yang tidak jelas, sehingga tidak  diketahui berapa untung dan ruginya dalam berusaha tani.
Untuk mengatasi ke dua hal tersebut, pengusaha penggilingan padi dapat diberikan pelatihan, magang dan studi banding. Dengan adanya kegiatan tersebut wawasan mereka akan bertambah, pengalaman dari pengusaha penggilingan padi lain dapat diserap sehingga harapan untuk menjadi pengusaha penggilingan padi dengan konsep manajemen modern dapat terwujud.
E. Peran dan Dukungan Pemerintah
Peran dan dukungan pemerintah dalam program revitalisasi teknologi penggilingan padi sangat diharapkan. Pemerintah dapat memfasilitasi dan mendorong Persatuan Penggilingan Padi (PERPADI) untuk tampil kedepan menjadi motor bagi pembaharuan sistem dan usaha agribisnis perberasan nasional. Selain itu juga PERPADI bisa sebagai avalis bagi Gapoktan dalam mendapatkan kredit modal usaha, penyedia sarana produksi, penampung gabah petani, penyedia suku cadang alsintan, pengolah hasil samping, lumbung pangan dan sebagai pemasar beras. Selain mendorong PERPADI pemerintah juga dapat memberikan fungsi yang lebih besar kepada BULOG untuk menyerap hasil sebanyak-banyaknya dari beras yang dihasilkan oleh pengusaha penggilingan padi.
Dengan demikian revitalisasi penggilingan padi ini tidak hanya diharapkan adanya peningkatan rendemen, dan mutu gabah/beras tetapi ada hal lain yang lebih penting yaitu adanya perbaikan pendapatan dan kesejahteraan petani serta pelaku usaha. Masyarakat perdesaan sejahtera, masyarakat di perkotaan merasa aman dalam hal tercukupinya kuantitas dan kualitas beras sebagai makanan pokok. Sehingga program pemerintah dalam hal pengentasan kemisikinan di perdesaan lambat laun akan menjadi kenyataan dan tujuan sebenarnya dari pembangunan pertanian juga akan tercapai dengan sendirinya.
F. Penutup
            Program revitalisasi pertanian melalui inovasi teknologi penggilingan padi, perbaikan proses kerja, penambahan mesin pendukung, serta perbaikan cara padang dan manajemen diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas beras di tanah air. Selain itu juga peran serta dukungan pemerintah juga sangat sebagai fasilitator dengan mendorong PERPADI dan BULOG sebagai motor penggerakan perbaikan kuantitas dan kualitas.
            Dengan terjalinnya sinergi program revitalisasi teknologi penggilingan padi melalui dukungan pemerintah dapat menjawab permasalahan kunci kehilangan susut hasil dan mutu beras yang selama ini terjadi di Indonesia. Dengan begitu kesejahteraan masayarakat pedesaan akan meningkat, dan tujuan utama pembangunan pertanian untuk mengentaskan kemiskinan penduduk di pedesaan akan terselesaikan dengan sendirinya.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2002. Data Jumlah Penggilingan Padi di Indonesia. www.bps.go.id. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Data dan Jumlah Persentase Konsumsi Perkapita Penduduk di Indonesia. www.bps.go.id. Jakarta.
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2003. dalam Workshop Revitalisasi Penggilingan Padi. Wisma YTKI Jakarta tanggal18 Jun 2009. Jakarta
Gaybita, Nur M. 2009. Peningkatan Mutu Beras. Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia. Jakarta.
Gumbira-Said, E Rahmayanti dan M.Z. Muttaqien. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis. Kunci Menuju Daya Saing Global Produk Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Kompas. 2001. Meningkatkan Rendemen Dan Kualitas Beras Giling Melalui    Revitalisasi Sistem Penggilingan Padi Rakyat. http. Perpadi.or.id.
Pattiwiri, Abdul Waries. 2010. Teknologi Penggilingan Padi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
*) Divre Sumatera Selatan
    Staf SDM dan Hukum

No comments:

Post a Comment

komentar