Monday 2 December 2013



KEDELAI LANGKA, TAHU DAN TEMPE MENGHILANG
*) Julkhaidar Romadhon
Tahu dan tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia dan sudah seharusnya rakyat mudah mendapatkannya dengan harga yang terjangkau.

Akhir-akhir ini, negeri kita disibukkan oleh kelangkaan kedelai. Harga kedelai di tingkat distributor sangatlah mahal. Harga kedelai naik dari Rp 7.500/kg menjadi Rp 9.500/kg yang berakibat pada pengurangan produksi tahu dan tempe hingga 50 persen.  Kelangkaan kedelai sangat berimbas kepada pelaku usaha tahu dan tempe di tanah air.  Tahu dan tempe yang merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia mendadak hilang dari peredaran. Masyarakat menjadi resah, karena tahu dan tempe yang biasa masyarakat dapatkan dengan harga murah, tiba-tiba menjadi langka dan mahal. Selain itu, masyarakat tidak punya pilihan untuk beralih ke makanan lain sumber protein pengganti seperti daging ayam, ikan, telur dan daging dikarenakan harganya juga sudah dahulu naik dan semakin tidak terjangkau.
MOGOK NASIONAL SEBAGAI BENTUK KEPRIHATINAN
Berlarut-larutnya kenaikan harga kedelai akhirnya menimbulkan kemarahan dari pengusaha tahu dan tempe. Memang mereka telah berupaya untuk mensiasati kenaikan harga kedelai, mulai dengan merumahkan sebagian karyawan, mengurangi ukuran hingga dengan menaikkan harga jual. Akan tetapi, strategi yang mereka lakukan tidak dapat berbuat banyak dikarenakan terus meroketnya harga kedelai. Harga tahu dan tempe yang dinaikkan untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi, pada akhirnya membuat konsumen menjadi berpikir dua kali untuk membelinya. Oleh sebab itulah, kebanyakan pengusaha memutuskan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya hingga harga kedelai kembali stabil.
Mogok nasional yang dilakukan pengusaha tahu dan tempe merupakan ekspresi keprihatinan mereka terhadap tingginya bahan baku kedelai. Mogok nasional dilakukan agar pemerintah serius untuk mengatasi persoalan tersebut yang terus berulang-ulang. Aksi ini juga bertujuan untuk menekan pemerintah agar mengembalikan urusan kedelai kepada yang ahlinya. Karena mereka tahu bahwa jika masalah impor kedelai diberikan kepada importir swasta, mereka akan mencari keuntungan yang berlipat bila dibandingkan dengan lembaga resmi pemerintah.
Aksi mogok nasional yang baru pertama kali dilakukan di seluruh Indonesia tidak diikuti oleh semua pengrajin tahu dan tempe. Hal ini dikarenakan, sebagian mereka masih ada yang bisa bertahan dalam mensiasati kenaikan harga kedelai. Tetapi, lama-kelamaan sebagian pengrajin tahu dan tempe yang tidak ikut aksi mogok, akhirnya mengikuti aksi tersebut dikarenakan harga kedelai yang semakin tidak terkendali dan juga dikarenakan sweeping yang dilakukan oleh pedagang lain.
PENYEBAB KELANGKAAN KEDELAI
Kebutuhan kedelai di dalam negeri yang mencapai 2,2 juta ton/tahun tidak dapat ditutupi oleh produksi petani yang hanya 700 ribu-800 ribu ton/tahun. Berdasarkan data diatas berarti terjadi kekurangan supply kedelai di dalam negeri sekitar 1,4-1,5 juta ton/tahun. Oleh karena itulah, maka pemerintah melakukan usaha untuk menutupi kekurangan tersebut dengan jalan impor yang dianggap tepat sebagai solusi darurat dan jangka pendek.
Menurut menteri perdagangan Gita Wirjawan, setidaknya ada dua alasan mengapa harga kedelai dalam negeri mengalami kenaikan.  Yang pertama; adanya kenaikan harga kedelai di luar negeri, dikarenakan Negara tempat asal kedelai yaitu Amerika dan Amerika Selatan mengalami gangguan produksi akibat gangguan cuaca, dan yang kedua;  melemahnya rupiah terhadap dollar yang membuat harga kedelai yang diimpor lebih mahal dibandingkan sebelumnya.
Akan tetapi menurut catatan INDEF ada tiga perusahaan importir besar yang mendapatkan alokasi kuota impor yang sangat besar, dimana jika kuota  ketiga perusahaan importir besar tersebut digabungkan mencapai 66,31 persen sedangkan sisanya yaitu tiga perusahaan mendapatkan 4-5% dan empat perusahaan  lainnya mendapatkan kuota 2-3%. Sehingga mereka berkesimpulan ketiga perusahaan tersebut bisa jadi membentuk kartel sehingga dicurigai mampu mengendalikan harga kedelai di dalam negeri.
Alasan yang dikemukakan baik oleh Menteri Perdagangan dan INDEF semuanya bisa diterima  logika. Alasan tersebut makin menunjukkan bahwa rapuhnya ketahanan pangan kita jika semuanya sangat tergantung dengan impor. Gangguan cuaca sedikit di negeri orang sangatlah besar dampaknya di dalam negeri, belum lagi gangguan eksternal yang sangat makro seperti moneter yang sulit diprediksi dan diantisipasi. Sekarang tinggal kebijakan impor yang bisa dikawal dan diawasi secara ketat oleh pemerintah untuk mengontrol kenaikan harga, sehingga tidak sampai ikut menambah parah kenaikan harga.     
KEBIJAKAN IMPOR KEDELAI PEMERINTAH
Pemerintah menerapkan kebijakan impor kedelai di dalam negeri dengan sistem kuota. Sistem kuota memanglah tepat untuk mengatur jumlah kedelai yang diimpor, sehingga kedelai yang diimpor hanya untuk kebutuhan saja. Tetapi akhir-akhir ini pemerintah mengambil langkah ekstreem yaitu dengan melakukan penghapusan bea masuk impor kedelai. Kebijakan ini guna mengatasi kenaikan inflasi dan penguatan harga pangan. Kemendag mengumumkan penghapusan atas izin impor, registrasi importer dan verifikasi Negara asal kedelai, sehingga administrasi dan birokrasi tidak menjadi berbelit-belit.  Dengan demikian diharapkan, kedelai dari luar negeri cepat masuk dan stabilisasi harga cepat tercapai.
Kebijakan pemerintah yang menghapuskan bea impor bagi kedelai sampai nol persen, merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengatasi kelangkaan kedelai di tanah air. Namun anehnya, walaupun keran impor untuk kedelai sudah dibuka kelangkaan tetap saja terjadi. Para importer beralasan bahwa kedelai  yang mereka impor sudah naik harganya diakibatkan melemahnya harga rupiah terhadap dollar. Mereka mengatakan bahwa tidak ada kartel pada kenaikan harga kedelai di negeri ini. Walaupun semua orang tahu bahwa hanya ada tiga perusahaan yang menguasai 66 persen impor kedelai untuk kebutuhan dalam negeri.
Sistem penghapusan bea impor bagi kedelai sampai nol persen merupakan langkah tepat pada situasi darurat. Namun  pemerintah jangan lupa untuk menghentikan kebijakan tersebut jika harga kedelai dan produksi kedelai dalam negeri sudah mulai stabil. Penghapusan bea impor akan memukul pelaku usaha kedelai di dalam negeri terutama petani. Petani tidak akan bergairah kembali untuk menanam kedelai jika seluruh hasil usaha mereka tidak diakui dan dihargai. Karena berapapun harga kedelai yang mereka tanam tentunya masih lebih mahal dibandingkan denga impor kedelai. Petani kedelai kita tidak mampu bersaing dengan petani kedelai luar negeri dari semua sisi.  Mulai dari areal yang sangat sempit, produktivitas kedelai yang kecil, hingga efisiensi penggunaan input yang berakibat mahalnya harga jual kedelai. Petani di negeri kita berbeda dengan petani di negara lain, dimana Pemerintah negara mereka lebih besar menaruh perhatian terhadap sektor pertaniannya. Contoh nyata adalah Pemerintahan Amerika Serikat yang memberikan perlindungan kepada petani kedelainya mulai dari hulu ke hilir. Amerika memberikan subsidi input untuk berproduksi hingga subsidi harga untuk penjualan. Selain itu juga, pemerintahnya memberikan insentif berupa uang kepada petani bagi yang menanam kedelai. Jadi lengkap sudah keunggulan petani luar dibandingkan dengan petani lokal di negeri kita ini.
PENUGASAN IMPOR KEDELAI KEPADA BULOG
Adanya kesemrawutan yang terjadi  dalam dunia perkedelaian tanah air,  akhirnya membukakan mata masyarakat dan pemerintah tentang perlunya lembaga pemerintah untuk turun tangan mengatasi masalah tersebut. Kenaikan kedelai yang terus saja terjadi jelas membuktikan adanya ketidak beresan dan disinyalir terjadi permainan.  Seperti kasus daging sapi, hampir semua lini mulai dari produsen, pedagang, hingga importir disinyalir ikut bermain. Produsen, pedagang dan importir merupakan pengusaha swasta yang mengejar laba. Prinsip swasta tentulah harus untung atau laba dan tidak mau rugi ataupun balik modal, karena memang tujuan mereka mendirikan perusahaan adalah mengejar profit.
Fakta adanya permainan atau kecurangan semakin menguatkan statemen di tengah masyarakat bahwa urusan pangan tidak boleh diserahkan kepada swasta tetapi harus negara yang mengelola. Perum BULOG merupakan lembaga pemerintah yang sudah lama mengurusi dunia perkedelaian tanah air. Wajar jika masyarakat mendesak pemerintah agar menugaskan kembali BULOG untuk mengurusi kedelai ini. Walaupun semua orang tahu bahwa BULOG sudah berbentuk perusahaan dan juga mengejar profit, tetapi profit yang didapatkan BULOG tentunya bisa diawasi dan disetor ke kas negara dan digunakan untuk kepentingan rakyat kembali. Sehingga jika dibandingkan dengan perusahaan swasta, tentunya keuangan mereka lebih tertutup dan tidak bisa diawasi dan profit yang mereka ambil tidak bisa dinilai batas kewajarannya.
Penugasan kepada Perum BULOG dalam hal pengamanan harga dan penyaluran kedelai merujuk pada Peraturan Presiden Republik  Indonesia Nomor 32 Tahun 2013. Berbekal Surat Menteri Perdagangan RI No 04.PI-57.13.0037 tertanggal 29 Agustus 2013, diberikan izin importasi kedelai 100.000 ton melalui semua pelabuhan di Indonesia berlaku tanggal 29 agustus s/d 31 desember 2013. BULOG pun sudah menyiapkan dana sekitar 700 miliar untuk importasi 100 ribu ton kedelai tersebut. Kuota yang diberikan oleh pemerintah sebesar 100 ribu ton dinilai BULOG cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sampai akhir tahun. Tentunya impor yang dilakukan oleh BULOG tidak bisa sekaligus tetapi bertahap sehingga membutuhkan waktu dalam menstabilkan harga di dalam negeri.
Impor kedelai yang dilakukan BULOG dari luar negeri sebanyak 100 ribu ton untuk stabilisasi harga, jika dihitung dari kekurangan untuk kebutuhan nasional yang sebesar 1,4-1,5 juta ton hanyalah sebesar 14-15 persen saja.  Tentunya stok yang dikuasai BULOG tersebut sangatlah sulit mengimbangi tiga perusahaan yang disinyalir menguasai 66 persen importasi kedelai. Oleh karena itu kedepan, seharusnya pemerintah memberikan jatah stok impor kepada BULOG agar mampu bersaing dengan para importir besar tersebut. Hal ini sangat wajar, mengingat stok kedelai tersebut akan digunakan untuk stabilisasi harga selama dua belas bulan ke depan bukan hanya beberapa bulan saja seperti sekarang ini.  Selainjutnya, stok kedelai yang cukup akan membuat importir nakal tidak berani berspekulasi memainkan harga kedelai dan tugas BULOG untuk menstabilkan harga kedelai akan terwujud.
PENUTUP
Keberpihakan pemerintah terhadap industri tahu dan tempe di dalam negeri tercermin dari penugasan kedelai kepada BULOG. BULOG dalam melakukan stabilisasi harga kedelai tidak semata-mata mengandalkan impor dari luar negeri, namun BULOG juga mengutamakan produksi petani di dalam negeri. Pembelian kedelai di dalam negeri tentunya lebih diharapkan oleh BULOG, selain membantu petani meningkatkan taraf hidup juga menjadi motivasi mereka untuk terus menghasilkan kedelai.  Dengan adanya jaminan pembelian kedelai oleh BULOG, produksi kedelai tanah air dapat terjaga berkelanjutannya tiap tahun dan tidak menurun bahkan menghilang.
Petani kedelai dan pelaku usaha dibidang perkedelaian tentunya mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah meski tidak sebesar perhatian pemerintah negara lain terhadap petaninya. Pemerintah bisa memberikan subsidi input berupa saprodi, perbaikan infrastruktur seperti irigasi hingga dengan memberdayakan koperasi petani. Subsidi input akan mengurangi biaya petani memproduksi kedelai, irigasi yang baik dapat menjaga tanaman kedelai tumbuh baik dan   pemberdayaan koperasi petani sangat bermanfaat sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah dalam menyalurkan bantuan hingga kepada pemasaran hasil kedelai petani. Semoga langkah kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatasi harga kedelai dapat terlaksana dengan baik dan petani kedelai kesejahteraannya dapat meningkat.

*) Divre Sumatera Selatan
            

No comments:

Post a Comment

komentar