KEDELAI LANGKA, TAHU DAN TEMPE
MENGHILANG
*) Julkhaidar Romadhon
Tahu dan tempe merupakan makanan
tradisional rakyat Indonesia dan sudah seharusnya rakyat mudah mendapatkannya
dengan harga yang terjangkau.
Akhir-akhir ini, negeri kita
disibukkan oleh kelangkaan kedelai. Harga kedelai di tingkat distributor
sangatlah mahal. Harga kedelai naik dari Rp 7.500/kg menjadi Rp 9.500/kg yang
berakibat pada pengurangan produksi tahu dan tempe hingga 50 persen. Kelangkaan kedelai sangat berimbas kepada
pelaku usaha tahu dan tempe di tanah air.
Tahu dan tempe yang merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia
mendadak hilang dari peredaran. Masyarakat menjadi resah, karena tahu dan tempe
yang biasa masyarakat dapatkan dengan harga murah, tiba-tiba menjadi langka dan
mahal. Selain itu, masyarakat tidak punya pilihan untuk beralih ke makanan lain
sumber protein pengganti seperti daging ayam, ikan, telur dan daging
dikarenakan harganya juga sudah dahulu naik dan semakin tidak terjangkau.
MOGOK NASIONAL SEBAGAI BENTUK
KEPRIHATINAN
Berlarut-larutnya kenaikan harga
kedelai akhirnya menimbulkan kemarahan dari pengusaha tahu dan tempe. Memang
mereka telah berupaya untuk mensiasati kenaikan harga kedelai, mulai dengan
merumahkan sebagian karyawan, mengurangi ukuran hingga dengan menaikkan harga
jual. Akan tetapi, strategi yang mereka lakukan tidak dapat berbuat banyak
dikarenakan terus meroketnya harga kedelai. Harga tahu dan tempe yang dinaikkan
untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi, pada akhirnya membuat konsumen menjadi
berpikir dua kali untuk membelinya. Oleh sebab itulah, kebanyakan pengusaha
memutuskan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya hingga harga kedelai
kembali stabil.
Mogok nasional yang dilakukan
pengusaha tahu dan tempe merupakan ekspresi keprihatinan mereka terhadap
tingginya bahan baku kedelai. Mogok nasional dilakukan agar pemerintah serius
untuk mengatasi persoalan tersebut yang terus berulang-ulang. Aksi ini juga
bertujuan untuk menekan pemerintah agar mengembalikan urusan kedelai kepada
yang ahlinya. Karena mereka tahu bahwa jika masalah impor kedelai diberikan
kepada importir swasta, mereka akan mencari keuntungan yang berlipat bila
dibandingkan dengan lembaga resmi pemerintah.
Aksi mogok nasional yang baru pertama
kali dilakukan di seluruh Indonesia tidak diikuti oleh semua pengrajin tahu dan
tempe. Hal ini dikarenakan, sebagian mereka masih ada yang bisa bertahan dalam
mensiasati kenaikan harga kedelai. Tetapi, lama-kelamaan sebagian pengrajin
tahu dan tempe yang tidak ikut aksi mogok, akhirnya mengikuti aksi tersebut dikarenakan
harga kedelai yang semakin tidak terkendali dan juga dikarenakan sweeping yang
dilakukan oleh pedagang lain.
PENYEBAB KELANGKAAN KEDELAI
Kebutuhan kedelai di dalam negeri
yang mencapai 2,2 juta ton/tahun tidak dapat ditutupi oleh produksi petani yang
hanya 700 ribu-800 ribu ton/tahun. Berdasarkan data diatas berarti terjadi
kekurangan supply kedelai di dalam negeri sekitar 1,4-1,5 juta ton/tahun. Oleh
karena itulah, maka pemerintah melakukan usaha untuk menutupi kekurangan
tersebut dengan jalan impor yang dianggap tepat sebagai solusi darurat dan jangka
pendek.
Menurut
menteri perdagangan Gita Wirjawan, setidaknya ada dua alasan mengapa harga
kedelai dalam negeri mengalami kenaikan.
Yang pertama; adanya kenaikan harga kedelai di luar negeri, dikarenakan
Negara tempat asal kedelai yaitu Amerika dan Amerika Selatan mengalami gangguan
produksi akibat gangguan cuaca, dan yang kedua;
melemahnya rupiah terhadap dollar yang membuat harga kedelai yang
diimpor lebih mahal dibandingkan sebelumnya.
Akan
tetapi menurut catatan INDEF ada tiga perusahaan importir besar yang
mendapatkan alokasi kuota impor yang sangat besar, dimana jika kuota ketiga perusahaan importir besar tersebut
digabungkan mencapai 66,31 persen sedangkan sisanya yaitu tiga perusahaan
mendapatkan 4-5% dan empat perusahaan
lainnya mendapatkan kuota 2-3%. Sehingga mereka berkesimpulan ketiga
perusahaan tersebut bisa jadi membentuk kartel sehingga dicurigai mampu mengendalikan
harga kedelai di dalam negeri.
Alasan yang dikemukakan baik oleh
Menteri Perdagangan dan INDEF semuanya bisa diterima logika. Alasan tersebut makin menunjukkan
bahwa rapuhnya ketahanan pangan kita jika semuanya sangat tergantung dengan
impor. Gangguan cuaca sedikit di negeri orang sangatlah besar dampaknya di
dalam negeri, belum lagi gangguan eksternal yang sangat makro seperti moneter
yang sulit diprediksi dan diantisipasi. Sekarang tinggal kebijakan impor yang
bisa dikawal dan diawasi secara ketat oleh pemerintah untuk mengontrol kenaikan
harga, sehingga tidak sampai ikut menambah parah kenaikan harga.
KEBIJAKAN IMPOR KEDELAI PEMERINTAH
Pemerintah menerapkan kebijakan impor
kedelai di dalam negeri dengan sistem kuota. Sistem kuota memanglah tepat untuk
mengatur jumlah kedelai yang diimpor, sehingga kedelai yang diimpor hanya untuk
kebutuhan saja. Tetapi akhir-akhir ini pemerintah mengambil langkah ekstreem
yaitu dengan melakukan penghapusan bea masuk impor kedelai. Kebijakan ini guna
mengatasi kenaikan inflasi dan penguatan harga pangan. Kemendag mengumumkan
penghapusan atas izin impor, registrasi importer dan verifikasi Negara asal
kedelai, sehingga administrasi dan birokrasi tidak
menjadi berbelit-belit. Dengan demikian
diharapkan, kedelai dari luar negeri cepat masuk dan stabilisasi harga cepat
tercapai.
Kebijakan pemerintah yang
menghapuskan bea impor bagi kedelai sampai nol persen, merupakan salah satu
cara pemerintah untuk mengatasi kelangkaan kedelai di tanah air. Namun anehnya,
walaupun keran impor untuk kedelai sudah dibuka kelangkaan tetap saja terjadi.
Para importer beralasan bahwa kedelai
yang mereka impor sudah naik harganya diakibatkan melemahnya harga
rupiah terhadap dollar. Mereka mengatakan bahwa tidak ada kartel pada kenaikan
harga kedelai di negeri ini. Walaupun semua orang tahu bahwa hanya ada tiga
perusahaan yang menguasai 66 persen impor kedelai untuk kebutuhan dalam negeri.
Sistem penghapusan bea impor bagi
kedelai sampai nol persen merupakan langkah tepat pada situasi darurat.
Namun pemerintah jangan lupa untuk
menghentikan kebijakan tersebut jika harga kedelai dan produksi kedelai dalam
negeri sudah mulai stabil. Penghapusan bea impor akan memukul pelaku usaha
kedelai di dalam negeri terutama petani. Petani tidak akan bergairah kembali
untuk menanam kedelai jika seluruh hasil usaha mereka tidak diakui dan
dihargai. Karena berapapun harga kedelai yang mereka tanam tentunya masih lebih
mahal dibandingkan denga impor kedelai. Petani kedelai kita tidak mampu
bersaing dengan petani kedelai luar negeri dari semua sisi. Mulai dari areal yang sangat sempit,
produktivitas kedelai yang kecil, hingga efisiensi penggunaan input yang
berakibat mahalnya harga jual kedelai. Petani di negeri kita berbeda dengan
petani di negara lain, dimana Pemerintah negara mereka lebih besar menaruh perhatian
terhadap sektor pertaniannya. Contoh nyata adalah Pemerintahan Amerika Serikat
yang memberikan perlindungan kepada petani kedelainya mulai dari hulu ke hilir.
Amerika memberikan subsidi input untuk berproduksi hingga subsidi harga untuk
penjualan. Selain itu juga, pemerintahnya memberikan insentif berupa uang
kepada petani bagi yang menanam kedelai. Jadi lengkap sudah keunggulan petani
luar dibandingkan dengan petani lokal di negeri kita ini.
PENUGASAN IMPOR KEDELAI KEPADA BULOG
Adanya kesemrawutan yang terjadi dalam dunia perkedelaian tanah air, akhirnya membukakan mata masyarakat dan
pemerintah tentang perlunya lembaga pemerintah untuk turun tangan mengatasi
masalah tersebut. Kenaikan kedelai yang terus saja terjadi jelas membuktikan
adanya ketidak beresan dan disinyalir terjadi permainan. Seperti kasus daging sapi, hampir semua lini
mulai dari produsen, pedagang, hingga importir disinyalir ikut bermain. Produsen,
pedagang dan importir merupakan pengusaha swasta yang mengejar laba. Prinsip
swasta tentulah harus untung atau laba dan tidak mau rugi ataupun balik modal,
karena memang tujuan mereka mendirikan perusahaan adalah mengejar profit.
Fakta adanya permainan atau
kecurangan semakin menguatkan statemen di tengah masyarakat bahwa urusan pangan
tidak boleh diserahkan kepada swasta tetapi harus negara yang mengelola. Perum
BULOG merupakan lembaga pemerintah yang sudah lama mengurusi dunia perkedelaian
tanah air. Wajar jika masyarakat mendesak pemerintah agar menugaskan kembali BULOG
untuk mengurusi kedelai ini. Walaupun semua orang tahu bahwa BULOG sudah
berbentuk perusahaan dan juga mengejar profit, tetapi profit yang didapatkan
BULOG tentunya bisa diawasi dan disetor ke kas negara dan digunakan untuk
kepentingan rakyat kembali. Sehingga jika dibandingkan dengan perusahaan swasta,
tentunya keuangan mereka lebih tertutup dan tidak bisa diawasi dan profit yang
mereka ambil tidak bisa dinilai batas kewajarannya.
Penugasan kepada Perum BULOG dalam
hal pengamanan harga dan penyaluran kedelai merujuk pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013.
Berbekal Surat Menteri Perdagangan RI No 04.PI-57.13.0037 tertanggal 29 Agustus
2013, diberikan izin importasi kedelai 100.000 ton melalui semua pelabuhan di
Indonesia berlaku tanggal 29 agustus s/d 31 desember 2013. BULOG pun sudah
menyiapkan dana sekitar 700 miliar untuk importasi 100 ribu ton kedelai
tersebut. Kuota yang diberikan oleh pemerintah sebesar 100 ribu ton dinilai
BULOG cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sampai akhir tahun. Tentunya
impor yang dilakukan oleh BULOG tidak bisa sekaligus tetapi bertahap sehingga
membutuhkan waktu dalam menstabilkan harga di dalam negeri.
Impor kedelai yang dilakukan BULOG
dari luar negeri sebanyak 100 ribu ton untuk stabilisasi harga, jika dihitung
dari kekurangan untuk kebutuhan nasional yang sebesar 1,4-1,5 juta ton hanyalah
sebesar 14-15 persen saja. Tentunya stok
yang dikuasai BULOG tersebut sangatlah sulit mengimbangi tiga perusahaan yang
disinyalir menguasai 66 persen importasi kedelai. Oleh karena itu kedepan, seharusnya
pemerintah memberikan jatah stok impor kepada BULOG agar mampu bersaing dengan
para importir besar tersebut. Hal ini sangat wajar, mengingat stok kedelai
tersebut akan digunakan untuk stabilisasi harga selama dua belas bulan ke depan
bukan hanya beberapa bulan saja seperti sekarang ini. Selainjutnya, stok kedelai yang cukup akan
membuat importir nakal tidak berani berspekulasi memainkan harga kedelai dan
tugas BULOG untuk menstabilkan harga kedelai akan terwujud.
PENUTUP
Keberpihakan pemerintah terhadap
industri tahu dan tempe di dalam negeri tercermin dari penugasan kedelai kepada
BULOG. BULOG dalam melakukan stabilisasi harga kedelai tidak semata-mata
mengandalkan impor dari luar negeri, namun BULOG juga mengutamakan produksi
petani di dalam negeri. Pembelian kedelai di dalam negeri tentunya lebih
diharapkan oleh BULOG, selain membantu petani meningkatkan taraf hidup juga
menjadi motivasi mereka untuk terus menghasilkan kedelai. Dengan adanya jaminan pembelian kedelai oleh
BULOG, produksi kedelai tanah air dapat terjaga berkelanjutannya tiap tahun dan
tidak menurun bahkan menghilang.
Petani kedelai dan pelaku usaha
dibidang perkedelaian tentunya mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah meski
tidak sebesar perhatian pemerintah negara lain terhadap petaninya. Pemerintah
bisa memberikan subsidi input berupa saprodi, perbaikan infrastruktur seperti
irigasi hingga dengan memberdayakan koperasi petani. Subsidi input akan
mengurangi biaya petani memproduksi kedelai, irigasi yang baik dapat menjaga
tanaman kedelai tumbuh baik dan
pemberdayaan koperasi petani sangat bermanfaat sebagai perpanjangan
tangan dari pemerintah dalam menyalurkan bantuan hingga kepada pemasaran hasil
kedelai petani. Semoga langkah kebijakan yang diambil pemerintah untuk
mengatasi harga kedelai dapat terlaksana dengan baik dan petani kedelai
kesejahteraannya dapat meningkat.
*) Divre Sumatera Selatan
No comments:
Post a Comment
komentar