PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS ;
SOLUSI MENGATASI MEROKETNYA HARGA DAGING SAPI
*) Julkhaidar Romadhon
Meningkatnya konsumsi protein
merupakan indikator meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Sudah
selayaknya stabilisasi harga daging dilakukan
oleh pemerintah layaknya stabilisasi harga pada beras.
Tradisi hari-hari besar seperti
puasa, lebaran, natal dan tahun baru adalah kegiatan agama rutin tahunan di
negeri kita ini. Kegiatan tersebut biasanya diiringi dengan peningkatan
konsumsi bahan pangan, tidak terkecuali daging.
Walaupun konsumsi daging di Indonesia tidak setinggi di Negara-negara
lain, tetapi bahan masakan dari daging harus tetap tersedia di meja makan. Kenaikan
harga daging tidak terasa aneh jika terjadi pada momen-momen seperti itu,
tetapi uniknya di negeri ini kenaikan tersebut terjadi pada hari-hari biasa.
Harga daging akhir-akhir ini
mengalami kenaikan yang cukup drastis, yang semula berkisar antara Rp 60 ribu –
70 ribu/kg naik menjadi Rp 100 ribu/kg, bahkan dibeberapa daerah malah hampir
menyentuh Rp. 150 ribu/kg. Kenaikan tersebut
memang diinginkan oleh banyak pihak terutama yang bersentuhan langsung dengan
bisnis ini seperti peternak, pengusaha/pedagang sampai importer untuk menambah
margin keuntungan mereka. Mereka seakan tidak mau tahu dampak dari perbuatan
tersebut dan susahnya masyarakat akan menkonsumsi daging.
MERESAHKAN BANYAK PIHAK
Kelangkaan daging sapi jelas
merugikan banyak pihak terutama masyarakat dan pengusaha yang usahanya
berhubungan dengan daging sapi. Seperti pedagang bakso yang harus menggunakan
daging sapi sebagai bahan campuran pentol bakso, rumah makan yang menyediakan
masakan seperti rendang, pengusaha yang membuat sosis sapi serta ibu rumah
tangga yang akan memasak daging untuk keluarganya. Tentunya berbagai cara akan
dilakukan masyarakat untuk mensiasati kelangkaan daging yang terjadi. Misalnya,
pedagang bakso akan menaikkan baksonya untuk mengimbangi naiknya harga daging,
atau juga mereka berhenti dulu berjualan
karena takut baksonya tidak laku, malah yang lebih ekstreem banyak
pedagang bakso nakal yang menggunakan daging celeng. Bagi rumah makan, mereka
bisa mensiasati dengan memperkecil ukuran daging yang dihidangkan atau
menaikkan harga jual, bagi rumah tangga mereka dapat mengganti dengan barang
substitusi lain seperti dengan daging ayam. Yang jelas kelangkaan daging jika
tidak segera diatasi akan membuat banyak masyarakat menjadi susah.
FAKTA PENYEBAB KENAIKAN DAGING SAPI
Banyak pihak tentu terlibat sebagai
penyebab daripada kelangkaan daging sapi. Pihak-pihak tersebut saling tuding
sebagai penyebab kelangkaan daging sapi tersebut. Pihak-pihak yang terlibat
antara lain adalah; pedagang sapi,
pengusaha sapi hidup, importir daging sapi, serta pemerintah dalam hal ini
kementerian pertanian.
1. Produsen/pengusaha sapi hidup
Pengusaha sapi juga banyak dituding
sebagai penyebab kenaikan harga daging sapi, karena faktanya harga sapi hidup
tidak mengalami lonjakan yang berarti tetapi harga daging sapi mengalami
lonjakan harga yang tinggi. Kuat dugaan mereka sengaja menahan sapi hidupnya
untuk dijual agar dapat menaikkan harganya ketika harga daging sapi meroket.
2. Pedagang sapi
Pedagang sapi yang dalam hal ini
adalah pedagang eceren dipasar dan pedagang besar memiliki peranan penting
dalam melakukan proses penawaran/supply daging ke pasaran. Pedagang lah yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat pembeli daging di pasaran. Mereka bisa
saja menaikkan harga dari produsen untuk menikmati keuntungan yang lebih besar
bahkan menahan stoknya sementara terlebih dahulu, sehingga marjin keuntungannya
makin bertambah.
3. Importir daging sapi
Pemangkasan kuota impor daging sapi
yang begitu besar dari 100 ribu ton pada tahun 2011 menjadi 34 ribu ton sapi di
tahun 2012 dan menjadi 14 ribu ton di tahun 2013 membuat pihak importer merasa
dirugikan. Dengan merasa mengalami kerugian, tidak menutup kemungkinan pihak
importer dengan sengaja membuat kelangkaan pasokan. Mereka akan melepas stok
yang mereka imnpor dari Negara lain ketika harga daging sudah benar-benar bisa
memberikan keuntungan yang lebih banyak (Tempo.co. 12/11/12).
4. Kementrian pertanian
Kebijakan pemerintah yang dalam hal
ini adalah kementerian pertanian yang berupaya mewujudkan swasembada daging
pada tahun 2014 dituding juga berpengaruh besar terhadap kelangkaan daging
sapi. Pengurangan impor dari tahun ke tahun hingga nihil pada tahun 2014, sementara
peternak lokal belum mampu mengantisipasi permintaan pasar turut memperparah kelangkaan daging sapi ini
juga. Ditambah lagi dengan persoalan infrastruktur logistic pengangkutan sapi
dari sentra produksi ke daerah konsumen seperti DKI, Jabar dan Banten yang
belum terselesaikan(Tempo.co. 17/11/12).
TERGANGGUNYA KURVA DEMAND & SUPPLY
Teori harga menyatakan bahwa “jika suatu
barang banyak ditawarkan sedangkan permintaan relative tetap tentunya harga
akan turun, sedangkan sebaliknya jika barang yang ditawarkan sedikit sedangkan
permintaan relative tetap maka tentunya harga akan naik”. Teori ini pun juga berlaku
pada kasus daging sapi yang mengalami kelangkaan akhir-akhir ini. Terlepas tudingan mengenai siapa yang salah dalam hal
kenaikan harga daging sapi, yang jelas telah terjadi gangguan keseimbangan kurva
harga akibat kurangnya pasokan daging dipasaran. Distribusi yang terlambat dan
tidak merata akibat infrastruktur yang rusak, serta para pedagang dan importer
yang melakukan penimbunan stok merupakan penyebab utama dari gangguan
keseimbangan harga tersebut.
Keseimbangan harga yang terganggu
jika tidak segera diatasi akan menyebabkan harga tersebut terus meroket.
Penambahan pasokan daging sapi ke pasaran mutlak diperlukan untuk menambah
penawaran di pasaran dan menyeimbangkan
harga pada harga semula. Oleh karena itulah peran pemerintah dalam hal
mengatasi kelangkaan daging sapi dipasaran sangat dibutuhkan. Pemerintah harus
turut campur dan mengambil peran lebih agar keadaan dapat teratasi serta tidak
menimbulkan keresahan ditengah masyarakat.
PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS
Kelangkaan daging sapi dipasaran yang
mengakibatkan meroketnya harga daging menunjukkan bahwa adanya ketidakefektifan
suatu program. Program swasembada daging pada tahun 2014 yang dicita-citakan
pemerintah memang perlu didukung oleh masyarakat. Tetapi pemerintah juga jangan
asal mencanangkan suatu program tanpa ada kejelasan sistem yang mendukungnya.
Program swasembada daging harus dilihat sebagai suatu system agribisnis yang
komprehensif bukan sepotong-sepotong. Pemerintah harus memperhatikan hal
tersebut mulai dari sektor hulu sampai ke hilir atau dari produsen sampai ke
konsumen. Sehingga dengan demikian
kejadian kelangkaan seperti ini bisa dideteksi sejak dini, tanpa harus saling
menyalahkan pihak lain. Sistem agribisnis untuk mendukung penguatan program swasembada
daging terdiri dari beberapa subsistem yang antara lain adalah :
1.
Subsistem hulu
Sektor ini merupakan sektor awal yang
penting peranannya dalam memasok kebutuhan daging. Kegiatan disektor ini
melibatkan produsen yaitu peternak yang menghasilkan bibit sapi anakan. Pemerintah
melalui kementerian pertanian bisa membina para pembibit anakan sapi ini
melalui suatu wadah yaitu koperasi. Dengan koperasi pemerintah bisa melakukan
pembinaan terhadap peternak dan menjalankan program unggulan dan bantuan.
Program unggulan tersebut misalnya melakukan persilangan sapi jenis lokal yang
mempunyai produktivitas daging tinggi, atau mendatangkan jenis sapi dari Negara
lain yang memiliki produktivitas daging yang melampaui sapi lokal.
Selain itu juga melalui wadah
koperasi ini pemerintah mudah dalam melakukan pengawasan dan pelarangan seperti
adanya peternak yang menjual hewan ternaknya atau malah melakukan pemotongan
sapi betina yang produktif. Manfaat lain juga yaitu, pemerintah dapat mengetahui
seberapa banyak bibit sapi yang tersedia dipeternak. Sehingga pemerintah ke
depannya bisa memperkirakan berapa kebutuhan daging sapi yang tidak mampu
dipasok oleh peternak lokal.
2.
Subsistem usahatani/pengembangan.
Subsistem ini kegiatan utamanya
adalah menghasilkan komoditas pertanian atau produk primer dengan menggunakan
barang-barang modal dan sumber daya alam. Kegiatan yang bisa dikategorikan
subsistem usahatani pada peternakan sapi adalah proses penggemukan sapi. Proses
penggemukan sapi ini sangat penting peranannya dalam menghasilkan sapi-sapi
yang memiliki produktivitas daging tinggi. Pemerintah bisa melakukan
penggabungan dimana peternak penghasil bibit sapi langsung sekaligus menjadi
peternak penggemukan sapi. Sehingga dengan demikian proses pembinaan, pengawasan
akan lebih mudah lagi dilakukan dalam satu tempat.
3.
Subsistem pengolahan
Subsistem ini kegiatan utamanya
mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan berupa produk antara
dan produk akhir. Pada peternakan sapi kegiatan yang termasuk kategori ini
adalah mulai pemotongan sapi sampai dengan pengemasan daging olahan sapi.
4.
Subsistem pemasaran
Subsistem
ini kegiatan utamanya adalah memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik
segar maupun olahan untuk nasional dan ekspor ke luar negeri seperti distribusi,
konsumsi, promosi, dan informasi pasar.
5.
Subsistem jasa pendukung
Subsistem
ini kegiatan utamanya adalah menyediakan jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem
usaha tani dan subsistem agribisnis hilir seperti penelitian, perkreditan, transportasi
dan penyuluhan.
Dengan
memandang usaha peternakan sapi sebagai suatu system agribisnis diharapkan
keberlanjutan daging sapi tidak hanya di tahun 2014 saja tetapi diharapkan
dapat terjadi pada tahun-tahun setelahnya. Walaupun memerlukan waktu yang
panjang tetapi penerapan system agribisnis ini merupakan langkah konkret
pemerintah sembari menentukan langkah-langkah terobosan untuk jangka pendek.
LANGKAH TEROBOSAN PEMERINTAH
Kementerian BUMN yang merupakan
bagian dari pemerintah juga diam-diam menyiapkan strategi untuk ambil bagian
dalam mengatasi fenomena kelangkaan yang sedang terjadi, walaupun tugas
tersebut merupakan tugas utama kementerian pertanian. Langkah terobosan yang
dilakukan antara lain seperti BUMN yang mengelola perkebunan sawit disuruh juga
untuk beternak sapi, menunjuk PT berdikari untuk berfokus pada peternakan yang
melakukan tugas penggemukan sapi dimana hasilnya akan bisa dinikmati tiga tahun
lagi. Selain itu juga, kapal-kapal PT PELNI mulai dirubah menjadi 3 in 1, yaitu
untuk penumpang, barang dan ternak, walaupun desain perubahannya memakan waktu
dan hasilnya bisa terlihat beberapa bulan ke depan. Selain itu juga PT rajawali
mulai mengelola rumah pemotongan di Lombok untuk mengangkut daging sapi dari
Lombok ke Jakarta.
Yang tidak kalah pentingnya yang
harus segera dilakukan pemerintah dalam waktu dekat ini adalah mengawasi aliran
daging yang berasal dari luar negeri yang dimasukkan oleh importir. Importir
bisa saja melakukan penimbunan stok daging sapi untuk menambah margin
keuntungan mereka. Hal ini bisa saja terjadi, karena mereka prinsipnya mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengeluarkan modal yang sekecil-kecilnya.
Oleh karena itu, sangat mutlak jika impor daging ini dilakukan oleh satu
lembaga pemerintah saja, sehingga aliran daging ke pasaran dapat diketahui.
Selain itu juga lembaga pemerintah tidak mempunyai motif lain seperti
pengusaha, yaitu hanya mengejar kepentingan semata. Sudah saatnya sekarang,
pemerintah melakukan langkah-langkah terobosan agar kesemrawutan ini tidak
terjadi lagi.
*) Staf SDM & Hukum
Divre Sumatera Selatan