Monday 1 April 2013

AGRIBISNIS DAGING SAPI



PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS ;
SOLUSI MENGATASI MEROKETNYA HARGA DAGING SAPI
*) Julkhaidar Romadhon

Meningkatnya konsumsi protein merupakan indikator meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Sudah selayaknya  stabilisasi harga daging dilakukan oleh pemerintah layaknya stabilisasi harga  pada beras.

Tradisi hari-hari besar seperti puasa, lebaran, natal dan tahun baru adalah kegiatan agama rutin tahunan di negeri kita ini. Kegiatan tersebut biasanya diiringi dengan peningkatan konsumsi bahan pangan, tidak terkecuali daging.  Walaupun konsumsi daging di Indonesia tidak setinggi di Negara-negara lain, tetapi bahan masakan dari daging harus tetap tersedia di meja makan. Kenaikan harga daging tidak terasa aneh jika terjadi pada momen-momen seperti itu, tetapi uniknya di negeri ini kenaikan tersebut terjadi pada hari-hari biasa.
Harga daging akhir-akhir ini mengalami kenaikan yang cukup drastis, yang semula berkisar antara Rp 60 ribu – 70 ribu/kg naik menjadi Rp 100 ribu/kg, bahkan dibeberapa daerah malah hampir menyentuh Rp. 150 ribu/kg.  Kenaikan tersebut memang diinginkan oleh banyak pihak terutama yang bersentuhan langsung dengan bisnis ini seperti peternak, pengusaha/pedagang sampai importer untuk menambah margin keuntungan mereka. Mereka seakan tidak mau tahu dampak dari perbuatan tersebut dan susahnya masyarakat akan menkonsumsi daging.
MERESAHKAN BANYAK PIHAK
Kelangkaan daging sapi jelas merugikan banyak pihak terutama masyarakat dan pengusaha yang usahanya berhubungan dengan daging sapi. Seperti pedagang bakso yang harus menggunakan daging sapi sebagai bahan campuran pentol bakso, rumah makan yang menyediakan masakan seperti rendang, pengusaha yang membuat sosis sapi serta ibu rumah tangga yang akan memasak daging untuk keluarganya. Tentunya berbagai cara akan dilakukan masyarakat untuk mensiasati kelangkaan daging yang terjadi. Misalnya, pedagang bakso akan menaikkan baksonya untuk mengimbangi naiknya harga daging, atau juga mereka berhenti dulu berjualan  karena takut baksonya tidak laku, malah yang lebih ekstreem banyak pedagang bakso nakal yang menggunakan daging celeng. Bagi rumah makan, mereka bisa mensiasati dengan memperkecil ukuran daging yang dihidangkan atau menaikkan harga jual, bagi rumah tangga mereka dapat mengganti dengan barang substitusi lain seperti dengan daging ayam. Yang jelas kelangkaan daging jika tidak segera diatasi akan membuat banyak masyarakat menjadi susah.
FAKTA PENYEBAB KENAIKAN DAGING SAPI
Banyak pihak tentu terlibat sebagai penyebab daripada kelangkaan daging sapi. Pihak-pihak tersebut saling tuding sebagai penyebab kelangkaan daging sapi tersebut. Pihak-pihak yang terlibat antara lain adalah;  pedagang sapi, pengusaha sapi hidup, importir daging sapi, serta pemerintah dalam hal ini kementerian pertanian.
1. Produsen/pengusaha sapi hidup
Pengusaha sapi juga banyak dituding sebagai penyebab kenaikan harga daging sapi, karena faktanya harga sapi hidup tidak mengalami lonjakan yang berarti tetapi harga daging sapi mengalami lonjakan harga yang tinggi. Kuat dugaan mereka sengaja menahan sapi hidupnya untuk dijual agar dapat menaikkan harganya ketika harga daging sapi meroket.
2. Pedagang sapi
Pedagang sapi yang dalam hal ini adalah pedagang eceren dipasar dan pedagang besar memiliki peranan penting dalam melakukan proses penawaran/supply daging ke pasaran. Pedagang lah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pembeli daging di pasaran. Mereka bisa saja menaikkan harga dari produsen untuk menikmati keuntungan yang lebih besar bahkan menahan stoknya sementara terlebih dahulu, sehingga marjin keuntungannya makin bertambah.
3. Importir daging sapi
Pemangkasan kuota impor daging sapi yang begitu besar dari 100 ribu ton pada tahun 2011 menjadi 34 ribu ton sapi di tahun 2012 dan menjadi 14 ribu ton di tahun 2013 membuat pihak importer merasa dirugikan. Dengan merasa mengalami kerugian, tidak menutup kemungkinan pihak importer dengan sengaja membuat kelangkaan pasokan. Mereka akan melepas stok yang mereka imnpor dari Negara lain ketika harga daging sudah benar-benar bisa memberikan keuntungan yang lebih banyak (Tempo.co. 12/11/12).
4. Kementrian pertanian
Kebijakan pemerintah yang dalam hal ini adalah kementerian pertanian yang berupaya mewujudkan swasembada daging pada tahun 2014 dituding juga berpengaruh besar terhadap kelangkaan daging sapi. Pengurangan impor dari tahun ke tahun hingga nihil pada tahun 2014, sementara peternak lokal belum mampu mengantisipasi permintaan pasar  turut memperparah kelangkaan daging sapi ini juga. Ditambah lagi dengan persoalan infrastruktur logistic pengangkutan sapi dari sentra produksi ke daerah konsumen seperti DKI, Jabar dan Banten yang belum terselesaikan(Tempo.co. 17/11/12).
TERGANGGUNYA KURVA DEMAND & SUPPLY
Teori harga menyatakan bahwa “jika suatu barang banyak ditawarkan sedangkan permintaan relative tetap tentunya harga akan turun, sedangkan sebaliknya jika barang yang ditawarkan sedikit sedangkan permintaan relative tetap maka tentunya harga akan naik”. Teori ini pun juga berlaku pada kasus daging sapi yang mengalami kelangkaan akhir-akhir ini. Terlepas  tudingan mengenai siapa yang salah dalam hal kenaikan harga daging sapi, yang jelas telah terjadi gangguan keseimbangan kurva harga akibat kurangnya pasokan daging dipasaran. Distribusi yang terlambat dan tidak merata akibat infrastruktur yang rusak, serta para pedagang dan importer yang melakukan penimbunan stok merupakan penyebab utama dari gangguan keseimbangan harga tersebut.
Keseimbangan harga yang terganggu jika tidak segera diatasi akan menyebabkan harga tersebut terus meroket. Penambahan pasokan daging sapi ke pasaran mutlak diperlukan untuk menambah penawaran di pasaran dan menyeimbangkan  harga pada harga semula. Oleh karena itulah peran pemerintah dalam hal mengatasi kelangkaan daging sapi dipasaran sangat dibutuhkan. Pemerintah harus turut campur dan mengambil peran lebih agar keadaan dapat teratasi serta tidak menimbulkan keresahan ditengah masyarakat.
PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS
Kelangkaan daging sapi dipasaran yang mengakibatkan meroketnya harga daging menunjukkan bahwa adanya ketidakefektifan suatu program. Program swasembada daging pada tahun 2014 yang dicita-citakan pemerintah memang perlu didukung oleh masyarakat. Tetapi pemerintah juga jangan asal mencanangkan suatu program tanpa ada kejelasan sistem yang mendukungnya. Program swasembada daging harus dilihat sebagai suatu system agribisnis yang komprehensif bukan sepotong-sepotong. Pemerintah harus memperhatikan hal tersebut mulai dari sektor hulu sampai ke hilir atau dari produsen sampai ke konsumen.  Sehingga dengan demikian kejadian kelangkaan seperti ini bisa dideteksi sejak dini, tanpa harus saling menyalahkan pihak lain. Sistem agribisnis untuk mendukung penguatan program swasembada daging terdiri dari beberapa subsistem yang  antara lain adalah :
1. Subsistem hulu
Sektor ini merupakan sektor awal yang penting peranannya dalam memasok kebutuhan daging. Kegiatan disektor ini melibatkan produsen yaitu peternak yang menghasilkan bibit sapi anakan. Pemerintah melalui kementerian pertanian bisa membina para pembibit anakan sapi ini melalui suatu wadah yaitu koperasi. Dengan koperasi pemerintah bisa melakukan pembinaan terhadap peternak dan menjalankan program unggulan dan bantuan. Program unggulan tersebut misalnya melakukan persilangan sapi jenis lokal yang mempunyai produktivitas daging tinggi, atau mendatangkan jenis sapi dari Negara lain yang memiliki produktivitas daging yang melampaui sapi lokal.
Selain itu juga melalui wadah koperasi ini pemerintah mudah dalam melakukan pengawasan dan pelarangan seperti adanya peternak yang menjual hewan ternaknya atau malah melakukan pemotongan sapi betina yang produktif. Manfaat lain juga yaitu, pemerintah dapat mengetahui seberapa banyak bibit sapi yang tersedia dipeternak. Sehingga pemerintah ke depannya bisa memperkirakan berapa kebutuhan daging sapi yang tidak mampu dipasok oleh peternak lokal.
2. Subsistem usahatani/pengembangan.
Subsistem ini kegiatan utamanya adalah menghasilkan komoditas pertanian atau produk primer dengan menggunakan barang-barang modal dan sumber daya alam. Kegiatan yang bisa dikategorikan subsistem usahatani pada peternakan sapi adalah proses penggemukan sapi. Proses penggemukan sapi ini sangat penting peranannya dalam menghasilkan sapi-sapi yang memiliki produktivitas daging tinggi. Pemerintah bisa melakukan penggabungan dimana peternak penghasil bibit sapi langsung sekaligus menjadi peternak penggemukan sapi. Sehingga dengan demikian proses pembinaan, pengawasan akan lebih mudah lagi dilakukan dalam satu tempat.
3. Subsistem pengolahan
Subsistem ini kegiatan utamanya mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan berupa produk antara dan produk akhir. Pada peternakan sapi kegiatan yang termasuk kategori ini adalah mulai pemotongan sapi sampai dengan pengemasan daging olahan sapi.
4. Subsistem pemasaran
Subsistem ini kegiatan utamanya adalah memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar maupun olahan untuk nasional dan ekspor ke luar negeri seperti distribusi, konsumsi, promosi, dan informasi pasar.

5. Subsistem jasa pendukung
Subsistem ini kegiatan utamanya adalah menyediakan jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani dan subsistem agribisnis hilir seperti penelitian, perkreditan, transportasi dan penyuluhan.
Dengan memandang usaha peternakan sapi sebagai suatu system agribisnis diharapkan keberlanjutan daging sapi tidak hanya di tahun 2014 saja tetapi diharapkan dapat terjadi pada tahun-tahun setelahnya. Walaupun memerlukan waktu yang panjang tetapi penerapan system agribisnis ini merupakan langkah konkret pemerintah sembari menentukan langkah-langkah terobosan untuk jangka pendek.

LANGKAH TEROBOSAN PEMERINTAH
Kementerian BUMN yang merupakan bagian dari pemerintah juga diam-diam menyiapkan strategi untuk ambil bagian dalam mengatasi fenomena kelangkaan yang sedang terjadi, walaupun tugas tersebut merupakan tugas utama kementerian pertanian. Langkah terobosan yang dilakukan antara lain seperti BUMN yang mengelola perkebunan sawit disuruh juga untuk beternak sapi, menunjuk PT berdikari untuk berfokus pada peternakan yang melakukan tugas penggemukan sapi dimana hasilnya akan bisa dinikmati tiga tahun lagi. Selain itu juga, kapal-kapal PT PELNI mulai dirubah menjadi 3 in 1, yaitu untuk penumpang, barang dan ternak, walaupun desain perubahannya memakan waktu dan hasilnya bisa terlihat beberapa bulan ke depan. Selain itu juga PT rajawali mulai mengelola rumah pemotongan di Lombok untuk mengangkut daging sapi dari Lombok ke Jakarta.
Yang tidak kalah pentingnya yang harus segera dilakukan pemerintah dalam waktu dekat ini adalah mengawasi aliran daging yang berasal dari luar negeri yang dimasukkan oleh importir. Importir bisa saja melakukan penimbunan stok daging sapi untuk menambah margin keuntungan mereka. Hal ini bisa saja terjadi, karena mereka prinsipnya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengeluarkan modal yang sekecil-kecilnya. Oleh karena itu, sangat mutlak jika impor daging ini dilakukan oleh satu lembaga pemerintah saja, sehingga aliran daging ke pasaran dapat diketahui. Selain itu juga lembaga pemerintah tidak mempunyai motif lain seperti pengusaha, yaitu hanya mengejar kepentingan semata. Sudah saatnya sekarang, pemerintah melakukan langkah-langkah terobosan agar kesemrawutan ini tidak terjadi lagi.

*) Staf SDM & Hukum
Divre Sumatera Selatan